Harga Kopi di OKU Kini Turun Rp 65 Perkilo, Petani Berharap Pemerintah Bisa Menetapkan Harga Standar
Akibatnya harga di tingkat petani masih ditentuan pengepul.
Untuk itulah kini petani berharap ke depan pemerintah bisa menetapkan harga standar hingga ke tingkat petani.
Menanggapi hal itu Kabid Perkebunan Dinas Pertanian OKU, Mirza SP kepada sipoku.com Senin (14/4/2025) menjelaskan, harga biji kopi masih mengikuti harga pasaran antar provinsi dan Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) belum membuat patokan harga.
Mirza mengakui, memang sebaiknya harus dibuat ring harga untuk memberikan kenyaman kepada petani.
Sementara untuk di pengepul bisa biji kopi dengan kualitas ekspor.
Lebih jauh, Mirze menjelskan, luas perekebuna kopi di Kabupaten Ogan Komering Ulu kini mencapai 22. 099 hektare dengan rincian kebun yang belum menghasilkan 1.490 haktare, kebun yang sudah menghasilkan 17.221 hektare tanaman rusak atau tidak menghasilkan 3.366 hektare.
Sedangkan total produksi mencapai 20.665 ton biji kering per tahun dengan jumlah petani 20.988 petani.
Sedangkan sebaran kebun kopi berada di Kecamatan (Pengandonan, Ulu Ogan, Muara Jaya, Lengkiti, Sosoh Buay Rayap). Dengan jenis kopi robustas.
“Sesuai habitatnya yang cocok itu kopi robusta degan ketinggian 990 MDPL (Meter Diatas permukaan Laut) .
Baca juga: Jelang Musim Panen, Harga Kopi di Pagar Alam Malah Turun Jadi Rp 68 Ribu Perkilo
Baca juga: Produksi Kopi di Sumsel Terus Meningkat, Tercatat Ada 267.246 Ha Lahan Kopi di 13 Kabupaten/Kota
Terpisah, salah seorang pegepul biji kopi di Desa Gunung Tiga Kecamatan Ulu Ogan, Weni menjelaskan, harga biji kopi ditingkat petani kini sudah Rp 65 ribu perkilo.
Harga ini penurunan dibandingkan menjelang Hari Raya Idul Fitri yang masih di kisaran Rp 75.000/kg.
“Mungkin saat ini sedang memasuki musim panen kopi jadi harga mengalami penurunan ,” terang Weni.
Menurut Weni, meskipun kopi relatif mahal , namun hasil buahnya memang kurang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Boleh dibilang harga lumayan bagus tapi barangnya tidak ada, biasnya masa petik ini cukup lama, dalam satu hektare itu bisa tiga kali metik baru tuntas.
Pendapat yang sama juga di katakan Yunita, menurutnya, biasanya untuk memetik kopi itu dibutuhkan waktu sampai berbulan, namun ini sekali petik sduah habis.
”Biasanya 3 tahap pemetikan sampai habis buah kopi, ini sekali metik kian sudah leci /abis buah kawe,” keluh salah seorang petani kopi di Kecamatan Ulu Ogan.
Karena harganya mahal, belakangan ini tidak ada lagi petani yang menyimpan gabah kopi di rumah, intinya setiap panen langsung dijemur kemudian digiling dan langsung dijual.
Apalagi kebutuhan untuk biaya sekolah anak dan makan sehari-hari sudah sangat mendesak.
Tidak ada komentar