Asal Mula Klakson Bus ‘Telolet’
Baturaja Radio - Fenomena klakson bus ‘Om Telolet Om’ tidak hanya menjadi viral di
Indonesia, bahkan meluas hingga penjuru dunia. Hal itu dibuktikan dari
banyaknya artis, pemusik, sampai pembalap luar negeri yang mengicaukan
‘Om Telolet Om’.
Tahukah Anda dari mana asal mula klakson bus telolet? Booming-nya
istilah ‘Om Telolet Om’ sebenarnya sudah terjadi sejak awal 2016 ketika
rombongan bocah meminta sopir bus membunyikan klakson yang unik dan jauh
dari pakem selama ini. Ketika dibunyikan, alangkah senangnya mereka.
Aksi para bocah pemburu klakson telolet ini tak cuma iseng. Mereka
bergabung dalam komunitas khusus dan membuat akun di YouTube sebagai
wadah mengunggah video-video rekaman aksi klakson telolet. Mereka
tersebar di berbagai lokasi di Jawa, seperti Wonosobo, Yogyakarta,
Magetan, Bekasi, dan Ungaran.
Namun, gara-gara masuk ranah global, netizen jadi lebih agresif
membahasnya di dunia maya. Dari penulusuran dan berbagai informasi
beberapa pengusaha bus maupun penggemar bus, nama Teuku Eri Rubiansah,
pemilik perusahaan otobus (PO) Efesiensi, yang membawa klakson telolet
pertama kali ke Indonesia.
“Dulu tahun 2001, saya pertama kali beli klakson (telolet) di sebuah
pameran otomotif di Jerman, tepatnya di Kota Hannover,” kata Eri. Eri
sendiri mengaku, tak tahu jika klakson telolet saat ini tengah menjadi
trending topic di seantero dunia.
Eri bercerita, saat itu ia membeli satuan klakson telolet karena
tidak mungkin membawanya dalam jumlah banyak. Tujuannya, dia ingin ada
ciri khas di armada bisnya. Tahun-tahun tersebut, Eri memang tengah
membangun armada bus trayek Jogja-Cilacap dan Jogja-Purwokerto. Beberapa
tahun kemudian, saat ia pergi haji, di Jeddah dia menemukan klakson
yang sama.
Dari situlah ia kemudian tidak lagi membeli satuan, namun dalam
jumlah banyak. Setiap umroh, tak lupa ia belanja klakson telolet dalam
jumlah yang tidak sedikit. Asal mula kemunculan klakson telolet ternyata
menimbulkan protes. Komplain tersebut datang dari penumpang dan
pengguna jalan lain, terutama pengendara sepeda motor.
“Asal mula kami memakai klakson telolet diprotes oleh penumpang dan
pengendara motor,” kata Teuku Eri. Penumpang protes karena bunyi klakson
yang masuk ke ruang bus dan dirasa mengganggu sehingga terdengar
bising. Sedangkan bagi pengendara motor, letak klakson yang berada di
bawah membuat mereka kaget karena terdengar keras sekali.
Saat ini, ungkap Eri, klakson telolet sangat beragam. Corong yang
digunakan bahkan ada yang sampai enam buah. Selain itu, nadanya juga
bermacam-macam.(hariansinggalang.co.id)
Tidak ada komentar