Sumsel Harus Fokus Hidupkan Kompetisi Cabang Olahraga Andalan yang Terkesan Mandek
Baturaja Radio - Kegagalan Sumsel mencapai target 10 besar memang menjadi perhatian semua kalangan terutama insan olahraga di Sumsel.
Sebab, target yang dicapai di luar prediksi, Sumsel berada di
peringkat 21 Klasemen PON XIX Jawa Barat 2016, dengan torehan 6 emas, 9
perak dan 13 perunggu. Deleset dari target semula dengan 12 emas.
Pemerhati Olahraga Sumsel Drs HM Akib MSi
angkat bicara. Dia menilai cabor yang meleset dari target terutama dari
cabor dayung, catur, pencak silat. Sementara Anggar meski mencapai
target tetapi ada yang meleset, begitupun menembak, atletik, dan polo
air.
Penyebabnya tidak lain karena cabor-cabor andalan ini minim kompetisi
di tingkat lokal dan nasional, atlet Sumsel minim jam terbang di
kompetisi. Menurut dia, Sumsel terlalu fokus kepada pelaksanaan event
yang sifatnya cabor internasional, maka pasca PON ini, Pemprov Sumsel
dan KONI sumsel perlu menetapkan skala prioritas untuk event
internasional dan pelaksanaan kompetisi cabor-cabor unggulan. Hidupkan
kembali kompetisi cabor andalan yang terkesan mati suri.
Sumsel tidak bisa hanya mengandalkan Pekan Olahraga Provinsi
(Porprov) semata untuk menjaring atlet, perlu juga kejuaraan daerah,
atau sirkuit untuk menopang pembibitan dan pembentukan atlet, baik
secara integritas dan skil.
"Artinya tetap konsen untuk event besar terutama Asian Games 2018,
tetapi fokuskan juga kepada cabor andalan yang selama ini memiliki
tradisi emas dan memiliki regenarasi perkaderan atlet yang jelas.
Berikan dana maksimal dengan skala priortias tadi, artinya anggaran
untuk cabor spesial ini sedikit diistimewakan dari cabor lainnya.
Terutama untuk menggelar kompetisi berkualitas, seperti kejurda atau
semacam sirkuit, karena dana untuk penyelenggaraan kompetisi itu tidak
kecil, artinya skala prioritas itu sangat diperlukan," ujarnya.
Dosen Olahraga PGRI ini menambahkan, cabor lainnya yang memang tengah
berkembang tetap diperhatikan sesuai standar pembinaan. Seperti
diketahui, contoh cabor di PON 2016 seperti menembak, silat, anggar,
dayung, ski air, catur, atletik, polo air ini difokuskan untuk pembinaan
baik tahap latihan maupun kompetisi. "Khusus olahraga yang memiliki
banyak perguruan seperti pencaksilat, karate dan cabor serupa, coba
fokus untuk menggelar kompetisi dengan konsep sirkuit, dimulai dari
kabupaten/kota" ujar Akib.
Guru Besar Himssi ini pun menilai, pembinaan juga harus dan perlu
memperhatikan pula topografi pembinaan untuk daerah kabupaten/kota.
Fokuskan kepada satu atau dua cabor."Sejauh ini, pola pendekatan Sumsel
sudah mengarah ke sana, tetapi belum tepat sasaran. Artinya ke depan
KONI Sumsel dan Pengprov cabor se-Sumsel harus lebih aktif melakukan
pendekatan ke daerah, kabupaten/kota agar setiap kabupaten/kota bisa
menjadi pusat pembinaan satu atau hingga dua cabang olahraga," jelas
Akib.
Diakui Akib, pengurus pengprov cabor harus melakukan akrobat dan
terobosan dalam mencari dana tambahan. Contoh katakanlah
pencaksilat."Pengurus pengprov harus memiliki terobosan mencari dana,
karena kita semua harus sadar, tidak semua KONI Sumsel bisa menanggung
dana, karena lebih kepada sifatnya insidentil. Namun, kembali untuk KONI
seperti tadi harus ada skala prioritas untuk cabor-cabor yang dianggap
memiliki potensi emas pada empat tahun ke depan. Jika tidak jangan harap
untuk lima tahun ke depan kita bisa bangkit," ujarnya.(http://palembang.tribunnews.com)
Tidak ada komentar