Akibat Diserang Wabah 'Ngorok' Peternak Kerbau di Merapi Selatan Merugi Hingga Ratusan Juta
Baturajaradio.com -- Febri peternak hewan kerbau di Desa Lubuk Betung, Kecamatan Merapi Selatan, Kabupaten Lahat saat ini tengah berduka.
Gara-garanya, seluruh kerbau peliharaannya yang selama ini menjadi andalan untuk mencukupi kebutuhan hidup, mati mendadak.
Dari 16 kerbau peliharaannya itu, hanya dua ekor kerbau yang bisa ia jual murah, 14 ekor sisanya terpaksa ia relakan karena sudah tergeletak tak bernyawa.
Penyebab matinya hewan ternak kerbau milik Febri ini, rupanya karena terserang penyakit ngorok alias penyakit Septicemia Epizootica (SE). Penyakit ini tak hanya menyerang kerbau milik Febri, tapi juga menyerang hewan kerbau milik warga lainnya.
Tragedi yang baru pertama kali terjadi di Kecamatan Merapi Selatan ini, diperkirakan sudah membunuh 40-50 ekor hewan kerbau milik warga Kecamatan Merapi Selatan.
Akibat wabah yang menyerang hewan kerbau miliknya ini, kerugian yang dialami Febri ditaksir hingga ratusan juta rupiah. Padahal kerbau tersebut dipelihara untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
"Sudah sejak bulan ini, 7 ekor mati bangkai, 5 ekor sempat dipotong, dua ekor sempat terjual dan sisa dua ekor lagi sudah mati hari ini. Dua ekor yang dijual juga terpaksa dijual murah. Jika biasanya kisaran Rp 17 hingga 40 juta, kemarin hanya terjual diharga Rp 11 juta," kata Febri, Selasa (29/4/2025).
Hal serupa juga dialami Artan, peternak kerbau di kecamatan sama. Ia pun tidak bisa berbuat banyak dengan kondisi yang ada. Ia bersama peternak lainnya hanya bisa melihat bangkai kerbau peliharaannya yang tergeletak baik di area perkebunan, rawa, sungai dan tepian desa.
"Ya ini musibah bagi kami. Mau gimana lagi. Kematian kerbau yang kami pelihara ini berlangsung cepat," ungkap Artan.
Artan menceritakan, ia sendiri memiliki 14 ekor kerbau. Sejak terserang wabah penyakit ngorok, lima ekor kerbaunya sudah mati. Empat ekor mati bangkai, satu ekor masih sempat dipotong (sembelih). Padahal kerbau miliknya itu jika dijual sudah miliki harga senilai Rp 20 juta perekor.
"Untuk pemeliharaan kerbau ini, sudah saya jalani sekira 20 tahun. Dari awalnya hanya beberapa ekor saja terus berkembang, hingga kini sudah mencapai belasan. Kerbaunya memang sengaja dilepas, diliarkan, namun tetap dilakukan pemeliharaan dan memastikan pakannya terpenuhi," sampainya.
Sementara, Andi Sucitera, tokoh masyarakat di Kecamatan Merapi Selatan merasa prihatin terhadap apa yang dialami warga Merapi Selatan. Mantan Anggota DPRD Lahat mengatakan, akibat wabah ini warga merugi hingga ratusan juta rupiah. Tak hanya kerugian materi, warga juga terpukul dengan kejadian ini.
Andi, yang secara langsung mendatangi warga, sembari berusaha memotivasi warga agar tidak patah semangat dalam beternak, apalagi Kecamatan Merapi Selatan salah satu pemasok kerbau terbanyak di Kabupaten Lahat.
Menurut Andi, selama ini selain untuk memenuhi pasokan daging di Lahat, peternak kerbau di Merapi Selatan juga melayani pembeli dari Kabupaten lain seperti Muara Enim, Empat Lawang, Pagar Alam dan Lubuk Linggau.
"Upaya dengan mengkomunikasikan dengan Dinas terkait, juga sudah dilakukan. Kita berharap, pengobatan terhadap penyakit ini bisa segera dilakukan dinas terkait," ucapnya.
Sumber Artikel:: https://www.detiksumsel.com/daerah/97415052034/akibat-diserang-wabah-ngorok-peternak-kerbau-di-merapi-selatan-merugi-hingga-ratusan-juta
Tidak ada komentar