Dinkes OKU Imbau Warga Waspada DBD: Kasus Meningkat Drastis di Musim Hujan
Peningkatan ini terjadi seiring dengan memasuki musim penghujan, yang menjadi waktu rawan bagi perkembangan nyamuk Aedes aegypti, vektor utama penyebaran DBD.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes OKU, Andi Prapto, mengungkapkan bahwa sepanjang tahun 2024 tercatat 412 kasus DBD di Kabupaten OKU.
Angka ini menunjukkan lonjakan signifikan dibandingkan tahun 2023, yang hanya mencatat 162 kasus.
Meskipun terjadi peningkatan jumlah kasus, kabar baiknya tidak ada pasien yang meninggal dunia akibat DBD pada tahun 2024, berbeda dengan tahun 2023 di mana empat anak dilaporkan meninggal dunia akibat penyakit ini.
"Musim hujan menjadi waktu yang sangat rawan karena banyaknya genangan air, baik di lingkungan rumah maupun fasilitas umum, yang menjadi tempat berkembang biaknya jentik nyamuk Aedes aegypti," ujar Andi Prapto di Baturaja, Senin (10/2/2025).
Sebagai langkah pencegahan, Dinkes OKU terus menggencarkan sosialisasi tentang pentingnya penerapan pola 3M Plus, yaitu:
1. Menguras tempat penampungan air secara rutin, seperti bak mandi, drum, atau ember.
2. Menutup rapat tempat-tempat penampungan air untuk mencegah nyamuk bertelur.
3. Mengubur atau mendaur ulang barang bekas yang dapat menampung air, seperti kaleng, botol, dan ban bekas.
Tambahan dari pola 3M ini adalah tindakan pencegahan lain seperti menggunakan kelambu saat tidur, memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi, serta menggunakan obat nyamuk atau fogging jika diperlukan.
Andi Prapto menegaskan bahwa upaya pencegahan DBD tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga membutuhkan peran aktif masyarakat.
"Kami mengimbau kepada seluruh warga OKU untuk bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan, terutama saat musim hujan seperti sekarang ini. Jika ada anggota keluarga yang mengalami gejala demam tinggi mendadak, nyeri otot, sakit kepala, atau ruam kulit, segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan medis," jelasnya.
Selain itu, Dinkes OKU juga mengadakan program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara berkala dengan melibatkan kader kesehatan di setiap kelurahan dan desa.
Program ini bertujuan untuk memastikan tidak ada tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk di lingkungan masyarakat.
Dinkes OKU telah mengambil berbagai langkah strategis dalam menanggulangi lonjakan kasus DBD, antara lain:
• Sosialisasi dan Edukasi: Memberikan penyuluhan kepada masyarakat melalui posyandu, puskesmas, dan sekolah-sekolah tentang bahaya DBD dan cara pencegahannya.
• Fogging Terjadwal: Melakukan pengasapan (fogging) di daerah-daerah yang ditemukan kasus DBD untuk memutus rantai penularan.
• Pembagian Larvasida: Membagikan bubuk abate atau larvasida gratis untuk membunuh jentik nyamuk di tempat penampungan air.
• Monitoring Jentik Berkala: Mengadakan kegiatan pemeriksaan jentik nyamuk di rumah-rumah warga secara berkala.
DBD memiliki gejala yang khas, seperti:
• Demam tinggi mendadak (bisa mencapai 40°C)
• Nyeri di belakang mata
• Nyeri otot, sendi, dan tulang (sering disebut “breakbone fever”)
• Mual, muntah
• Ruam kulit
• Mimisan atau gusi berdarah
Jika tidak segera ditangani, DBD dapat menyebabkan komplikasi serius seperti perdarahan hebat, penurunan tekanan darah, bahkan kematian.
Dinkes OKU berharap masyarakat lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan sekitar sebagai bentuk tanggung jawab bersama dalam mencegah DBD.
"Pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Dengan menjaga lingkungan tetap bersih dan bebas dari genangan air, kita dapat memutus siklus hidup nyamuk Aedes aegypti dan melindungi keluarga dari ancaman DBD," tutup Andi Prapto.
SumberArtikel:(https://palpos.bacakoran.co/read/23220/dinkes-oku-imbau-warga-waspada-dbd-kasus-meningkat-drastis-di-musim-hujan/30)
Tidak ada komentar