Pasang Iklan Berbayar Disini

Pasang Iklan Berbayar Disini

Ibu Alami Stres Bisa Sebabkan Anak Stunting


Baturajaradio.com
- Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus stunting terbesar kedua se-Asia Tenggara, setelah Timor Leste. Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2021, 3 dari 10 atau 24 persen anak Indonesia mengalami dan memiliki potensi besar mengalami stunting.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Ahyani Raksanagara mengatakan, meski angka stunting di Kota Bandung telah mengalami penurunan 1,34 persen dari tahun sebelumnya, namun jumlah kasus stunting di Kota Bandung masih tergolong tinggi, yakni menjangkit sebanyak  7.568 balita, berdasarkan data Dinkes Kota Bandung tahun 2021.  

Dia mengatakan, terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan tingginya angka stunting di Kota Bandung, salah satunya adalah lingkungan yang tidak sehat. Menurutnya buruknya kondisi sanitasi dan kebersihan lingkungan dapat berdampak pada tumbuh kembang anak, termasuk juga pada penjaminan gizi ibu hamil.

“Faktor kedua adalah stres, kami pernah melakukan survei pada IRT (ibu rumah tangga), ditemukan tingkat stres sampai 60 persen lebih, baik karena depresi, finansial, mental, dan lainnya,” tutur Ahyani dalam diskusi bertajuk Kesehatan Keluarga dan Dampaknya pada Stunting di Kota Bandung, yang diadakan di Gedung Gelanggang Generasi Muda, Kota Bandung, Senin (4/7).

Upaya edukasi yang dilakukan Dinkes Kota Bandung salah satunya untuk mendorong pencegahan pernikahan dini. Jika merujuk pada data BPS tahun 2021, diketahui bahwa pernikahan di bawah umur, di bawah 16 tahun, di Kota Bandung masih mencapai 8,81 persen, atau sekitar 300 ribu anak di bawah umur sudah menikah.

“Jadi kita edukasi masyarakat supaya pernikahan di bawah umur itu tidak terjadi, karena resikonya sangat tinggi. Kita edukasi soal kesehatan ke masyarakat, itu ada tim kesehatan siaga, jadi kalau ada masalah kesehatan kita selalu siap siaga 24 jam,” ujar Ahyani.  

Menurutnya, pernikahan dini memang dapat disebut sebagai akar terkuat terjadinya stunting, karena tingginya potensi ketidaksiapan mental orang tua muda dalam membesarkan anak. Ini juga jelas berseberangan dengan Undang-undang nomor 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan, bahwa batas usia pasangan yang menikah minimal berusia 19 tahun. Sedangkan menurut Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), usia pernikahan pertama idealnya adalah berusia 21 hingga 25 tahun.
 
Pakar Kesehatan dr Elvine Gunawan mamaparkan hal yang paling mendukung bertambahnya kasus stunting yaitu kesendirian (loneliness). Maka diperlukan lingkungan dan keluarga yang dapat saling mendukung dan bersama mengantisipasi timbulnya stres pada ibu maupun anak.

“Stunting itu multifaktor. Stimulus sosial itu hal yang paling penting untuk anak. Kalau lingkungan sehat, itu akan menjadi faktor baik untuk tumbuh kembang bagi anak,” kata dr Elvine.

Dia juga menyayangkan sikap masyarakat yang masih menganggap remeh bahaya stunting. Menurutnya, perlu penggencaran edukasi di posyandu-posyandu ditambah pemantauan dan pemeriksaan mendalam secara berkala.

Sementara itu, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta melakukan verifikasi ulang terhadap data stunting di wilayah tersebut. Hal ini untuk memastikan data yang dimiliki valid karena akan menjadi dasar dalam pengambilan kebijakan penanganan pada anak di kota tersebut.

"Dari data awal sekitar 1.300 anak atau 12 persen dari total balita, belum semuanya datang untuk melakukan verifikasi. Baru sekitar 800 anak yang sudah terverifikasi," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Emma Rahmi Aryani, Senin.

Berdasarkan hasil verifikasi awal yang melibatkan dokter anak dan program Zero TB, diketahui angka stunting di Kota Yogyakarta mencapai 7,5 persen. "Namun, kami masih terus berupaya memastikan seluruh anak yang masuk dalam data awal mengikuti verifikasi ulang," kata dia. n antara ed: bilal ramadhan.

(https://www.republika.id/posts/29567/ibu-alami-stres-bisa-sebabkan-anak-stunting)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.