Pasang Iklan Berbayar Disini

Pasang Iklan Berbayar Disini

Virus DBD Merebak, Jumlah Kasus Setara dengan Virus Covid-1

Virus DBD Merebak, Jumlah Kasus Setara dengan Virus Covid-19baturajaradio.com - Tercatat sampai dengan 21 Februari 2020, lebih dari 76.775 orang dinyatakan terinfeksi virus corona (Covid-19) yang menyebabkan lebih dari 2.247 orang meninggal dunia. Kasus dan korban meninggal masih terus bertambah setiap harinya.

Ramainya wabah Virus Corona atau Covid-19 ini begitu menyedot perhatian masyarakat di seluruh dunia termasuk di Indonesia, permintaan masker dan produk imunomodulator seperti Stimuno terus meningkat, masyarakat khawatir terinfeksi virus corona

Padahal di Indonesia, jumlah kasus virus dengue (DBD) terjadi setiap tahun lebih dari 70.000 kasus setiap tahunnya, bahkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mencatat terdapat sebanyak 110.921 kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia pada Januari 2019 hingga 31 Oktober 2019. Setiap musim penghujan tiba, kasus demam berdarah dengue (DBD) cenderung mengalami peningkatan. Berbeda dengan virus corona yang menyerang saluran pernapasan, virus dengue (DBD) dapat mengakibatkan penurunan trombosit secara signifikan hingga komplikasi terjadinya perdarahan dan syok.

Karena itu saat musim penghujan di mana perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti sebagai vektor penyakit DBD meningkat, maka ada beberapa hal yang perlu diwaspadai. Yang pertama menyingkirkan habitat nyamuk pembawa virus dengue melalui fogging, meningkatkan sanitasi tempat tinggal dengan secara rutin menguras, mengubur, dan menutup tempat yang berpotensi sebagai sarang berkembang biaknya nyamuk penyebab demam berdarah.

Yang kedua mengenali gejala awal DBD yakni demam akut selama 2-7 hari, yang disertai dengan sakit kepala, nyeri otot, sendi, dan dapat juga disertai dengan keluhan menurunnya nafsu makan serta malaise. Gejala lain pada beberapa kasus demam dengue, penurunan angka trombosit tidak diiringi manifestasi perdarahan. 

Namun, jika gejala demam dengue ini disertai dengan adanya tanda ruam atau bintik merah di kulit, adanya perdarahan pada jaringan lunak seperti gusi, penurunan trombosit (< 100.000/mm3) serta adanya peningkatan hematokrit 20% dari jumlah normal, maka kondisi ini dapat dinyatakan sebagai demam berdarah. Pada kondisi ini, perlu segera ditangani untuk mencegah terjadinya keparahan penyakit yang dapat berujung pada kematian.
Yang ketiga, tingkatkan pemberian cairan untuk mencegah terjadinya syok dan sediakan obat  untuk membantu meningkatkan kadar trombosit pada DBD, misalnya Psidii yang  merupakan Obat Modern Asli Indonesia (OMAI).  Psidii berasal dari ekstrak daun jambu biji yang diproduksi dengan teknologi farmasi modern dan saat ini dapat diperoleh di apotek terdekat.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh dr. M Nasiruddin, Sp.A, dalam penelitiannya pada tahun 2005 yakni “Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jambu Biji Terhadap Peningkatan Jumlah Trombosit Kasus Demam Berdarah Dengue Pada Anak”, pemberian ekstrak daun jambu biji pada pasien anak-anak yang menderita DBD derajat 1 dan 2 dapat meningkatkan secara signifikan jumlah trombosit pada 12 jam pertama. Peningkatan ini lebih baik dibandingkan pada kelompok yang tidak mendapatkan ekstrak daun jambu biji.

Masyarakat Indonesia banyak yang tidak mengetahui bahwa ternyata menurut hasil riset, ekstrak daun jambu biji ini jauh lebih efektif meningkatkan trombosit dibandingkan dengan jus jambu merah. Ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava folium) yang dikenal dengan nama Psidii, mengandung quersertin dan tanin. Quersetin dan tanin dalam ekstrak daun jambu biji dapat menghambat replikasi virus dengue dan merangsang pembentukan trombosit sehingga dapat menaikkan jumlah trombosit pada pasien DBD.

Psidii juga telah banyak diresepkan dalam penanganan pasien kasus DBD, meskipun Psidii sebenarnya juga bisa dibeli bebas di Apotik dan toko online. Psidii banyak direkomendasikan untuk pasien DBD karena memiliki sejumlah keunggulan yakni mencegah replikasi virus dengue dengan menghambat enzim reverse transcriptase yang berfungsi menghambat pertumbuhan virus berinti RNA. Psidii dapat meningkatkan trombosit dengan cepat pada DBD derajat I dan II, karena mampu meningkatkan jumlah GM-CSF atau hormon yang menstimulasi pembentukan megakariosit sebagai bahan awal trombosit sehingga produksi trombosit meningkat.

Bukti ilmiah dari hasil penelitian Psidii di beberapa rumah sakit seperti di RS Dr. Soetomo, RS Saiful Anwar Malang, RS Cipto Mangunkusumo, RS Hasan Sadikin Bandung, dan RSUP Sardjito Yogyakarta, telah menjadi bukti keamanan, kualitas dan efektivitas Psidii. Selain efek samping konstipasi minimal,  Psidii juga aman diberikan pada anak-anak usia di atas 1 tahun dan dewasa serta memiliki kemasan yang praktis digunakan bagi pasien, di mana 1 botol berisi 50 kapsul untuk dewasa serta sediaan sirup 60 ml untuk anak.

Psidii banyak dijual secara online di market place digital di Indonesia, seperti goapotik (www.goapotik.com), tokopedia, bukalapak, dan shopee.

Dr. Raymond Tjandrawinata selaku Executive Director of Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences mengatakan keunggulan PSIDII adalah pada peningkatkan jumlah trombosit, dan sudah diuji klinis, diproduksi di pabrik yang memenuhi standard CPOB dengan bahan yang berasal dari biodiversitas Indonesia yang sangat berkhasiat. Lebih lanjut, Dr. Raymond R. Tjandrawinata menambahkan bahwa PSIDII dibuat dari ekstrak daun jambu biji pilihan yang ditanam oleh para petani Indonesia yang sudah terbukti dapat menekan jumlah trombopoietin, sehingga jumlah trombosit penderita DBD dapat naik.

PSIDII yang merupakan Obat Modern Asli Indonesia atau OMAI , merupakan produk obat berbahan baku alam Indonesia yang ditemukan oleh ilmuwan Indonesia. Penciptaan OMAI ini merupakan salah satu upaya Dexa Group untuk melakukan substitusi bahan baku farmasi impor, sekaligus mendorong pecepatan kemandirian bahan baku farmasi seperti yang telah diinstruksikan Presiden Joko Widodo dalam Inpres 6 Tahun 2016. Beberapa OMAI yang sudah dipasarkan diantaranya Stimuno HerbaKof, HerbaCold, Inlacin, Redacid, Asimor, Diabetadex, Disolf, dan lain-lain,

Memang pencegahan adalah langkah yang terbaik, karena saat kita sudah terinfeksi virus, baik itu virus corona maupun virus dengue, maka pengobatannya akan memakan waktu, biaya dan belum lagi resiko tingkat kematiannya. Olah raga yang cukup, makanan sehat dan minum air putih serta jaga imunitas tubuh dengan imunomodulator seperti Stimuno, akan mengurangi risiko mudah terserang virus dan penyakit, bahkan jika sudah terlanjur sakit, Stimuno akan mempercepat pemulihan dari dalam tubuh karena mampu memproduksi sel-sel imun seperti T-Cell, B-Cell, dan Makrofag lebih banyak, untuk memerangi virus dan penyakit dalam tubuh.

Stimuno adalah satu-satunya imunomodulator yang sudah memiliki sertifikat Fitofarmaka yang sudah teruji klinis, aman dikonsumsi sampai 6 bulan. Berdasarkan penelitian yang terbukti klinis, beberapa penyakit seperti kasus ISPA, TB Paru, dan PPOK membuktikan bahwa penggunaan Stimuno sangat efektif membantu proses penyembuhan. Pemberian Stimuno sebagai metode pengujian kepada 410 jamaah haji selama 40 hari—yang dimulai saat satu minggu sebelum keberangkatan, saat keberangkatan, dan setiap interval dua hari hingga jamaah pulang ke Indonesia, ternyata membantu menurunkan terjangkitnya penyakit influenza selama masa naik haji.

Imunomodulator memiliki cara bekerja berbeda dengan immune booster yang berasal dari echinacea, yang tidak boleh dikonsumsi lebih dari 4 minggu. Stimuno terbuat dari ekstrak daun meniran (phyllanthus niruri) yang berasal dari Indonesia, ditanam di bumi Indonesia, oleh petani Indonesia, diriset di Indonesia dan diproduksi di Indonesia, oleh sebab itu dikenal sebagai Obat Modern Asli Indonesia (OMAI).


Sumber>>>https://www.tribunnews.com/kesehatan/2020/02/21/virus-dbd-merebak-jumlah-kasus-setara-dengan-virus-covid-19.





Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.