Pasang Iklan Berbayar Disini

Pasang Iklan Berbayar Disini

Cara Mencegah Hipotermia dan Leptospirosis Saat Banjir


Cara Mencegah Hipotermia dan Leptospirosis Saat Banjir. Warga korban banjir berada di dalam tenda darurat di bantaran rel kereta Pesing, Jakarta Barat, Jumat (2/1/2020).baturajaradio.com    -- Palang Merah Indonesia (PMI) melakukan sosialisasi cara atau tips pencegahan hipotermia dan penyebaran penyakit berbahaya yang banyak terjadi saat banjir, seperti leptospirosis.

"Biasanya korban banjir mudah terserang hipotermia dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin dan leptospirosis yang disebabkan bakteri Leptospira interrogans yang disebarkan melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi bakteri ini," kata Kepala Biro Humas PMI Pusat Aula Arriani melalui sambungan telepon, Jumat (3/12).

Sosialisasi yang dilakukannya tersebut penting untuk korban banjir yang tersebar di wilayah Jabodetabek, apalagi saat ini air masih menggenangi permukiman warga sehingga masyarakat rentan hipotermia dan terjangkit leptospirosis.

Adapun gejala terserang hipotermia, seperti berbicara bergumam atau gagap, bibir berwarna kebiruan, denyut jantung lemah dan tidak teratur, tampak sangat tidak bertenaga, mengantuk atau lemas, dan menggigil terus-menerus. Kemudian merasa kedinginan, napas pelan dan pendek, penurunan kesadaran, seperti kebingungan, pupil mata melebar, tidak dapat menghangatkan diri, dan tubuh menjadi kaku dan sulit bergerak.

Jika ada warga mengalami gejala tersebut, segera lakukan tindakan lepas dan ganti baju yang basah dengan yang kering, gunakan beberapa lapis selimut atau jaket untuk menghangatkan tubuh. Kemudian, berikan minuman hangat yang tidak mengandung kafein.

Selanjutnya, hindari paparan angin dan udara, pindahkan ke area yang dekat dengan sumber panas dan dapat berbagi panas tubuh, hindari penggunaan panas secara langsung, seperti air panas atau alas penghangat. Langkah ini bisa dilakukan sebelum tim medis tiba.

Kemudian untuk pencegahan terjangkitnya penyakit leptospirosis, misalnya gunakan sepatu bot dan sarung tangan jika hendak menyentuh air yang tergenang saat banjir, hindari berenang di air kotor, bersihkan badan dan tangan dengan sabun cair jika terkena air banjir.

Hindari kontak langsung dengan binatang yang menyebarkan bakteri Leptospira seperti tikus, anjing, sapi, kuda dan lainnya. Selain itu, pastikan air minum yang akan dikonsumsi benar-benar masak dan mendidih dan tutup luka yang terpapar air kotor.

Adapun gejala pasien terserang leptospirosis adalah muncul ruam atau bercak kemerahan pada kulit, iritasi atau kemerahan pada mata, sakit dan nyeri otot perut, meriang, sakit kepala, demam tinggi dengan susu tubuh di atas 38 derajat Celsius, mual, dan muntah.

Jika ada warga yang terserang atau menunjukkan gejala tersebut agar segera dibawa ke klinik atau pelayanan medis terdekat untuk mendapatkan pertolongan dan pengobatan. Warga khususnya korban banjir bisa mengakses info pelayanan PMI di Twitter PMI @palangmerah menggunakan hastag #TanyaPMI.

Setiap pertanyaan dan permintaan bantuan yang masuk melalui media sosial tersebut akan langsung ditindaklanjuti, seperti mengevakuasi warga yang terjebak di dalam rumah akibat terkepung banjir dan melakukan pertolongan pertama atau tindakan medis.

"Untuk informasi lebih lengkap terkait pencegahan, gejala dan penanganannya warga bisa memanfaatkan atau membuka aplikasi First Aid (pertolongan pertama) PMI yang bisa diunggah di Play Store."

(https://gayahidup.republika.co.id/berita/q3k1hp366/cara-mencegah-hipotermia-dan-leptospirosis-saat-banjir)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.