Pasang Iklan Berbayar Disini

Pasang Iklan Berbayar Disini

Polri: Satgas Antiteror di Polda Untuk Awasi Sel Tidur

Tim Densus 88 melakukan penjagaan saat penggeledahan usai penangkapan terduga teroris di Jemaras, Klangenan, Kab. Cirebon, Jawa Barat, Kamis (17/5). baturajaradio.com -Kepolisian Republik Indonesia membentuk Satuan Tugas Antiteror di kepolisian daerah untuk melakukan pengawasan dan pengamatan sel-sel teroris. Hal ini menyusul rentetan teror di Indonesia beberapa waktu lalu, yang kemudian menangkap 96 terduga teroris dengan berbagai latar belakang.

Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto menyatakan, pembentukan ini merupakan tindak lanjut pengawasan dan pengamatan pada sel-sel teroris yang diketahui. "Ini kan dari yang ditangkap nanti akan berkembang terus. Oleh sebab itu kita antisipasi dengan membuat satgas baru di setiap Polda," ujar Setyo di Markas Besar Polri, Jakarta, Jumat (8/6) petang.

Setyo menuturkan, selama ini sudah ada satuan di kewilayahan yang bekerja dalam hal terorisme. Namun, menurut dia, satiam yang sudah ada tersebut belum maksimal. 

"Selama ini 16 satgas yang ada kurang masif, maka setiap Polda harus ada," ujar dia.

Kendati demikian, Setyo memastikan bahwa satuan yang sudah ada tersebut sudah bekerja. Dalam hal ini, termasuk di antaranya dalam hal penganiayaan mudik hari raya dari ancaman terorisme.

Setyo menambahkan, melihat kondisi di lapangan, terduga sel teroris tidak terlalu terstruktur. Mengacu pada penangkapan di Universitas Riau pada pekan lalu, terduga teroris tidak tampak hanya terikat pada kelompok tertentu yang selama ini dikenal di Indonesia.

"Jadi sudah tidak terstruktur lagi. Saya bukan kelompok ini itu tapi sudah mencair yang intinya berbaiat ke ISIS," ujar Setyo.

Sebelumnya, Kapolri Jenderal Polisi Muhammad Tito Karnavian pun meminta jajarannya untuk terus waspada terhadap aktivitas sel-sel terorisme yang tertidur di daerah. Meski tonggak pemberantasan terorisme berada di tangan Detasemen Khusus 88 Antiteror, Tito meminta agar kepolisian di daerah juga berperan.

Tito meminta personelnya bersama Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk mendeteksi jaringan terorisme, khususnya Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang paling banyak tersebar di Indonesia, baik sel aktif maupun kurang aktif. Tito pun memerintahkan kepala Densus 88 untuk membagi informasi terkait sel terorisme ke kewilayahan (Polda).

"Kapolda saya sudah perintahkan bentuk satgas anti teror yamg didalamnya ada unsur penyelidikan, penyidikan, penindakan, dan tim preventif maupun humanis," kata Tito.

Tito juga meminta kapolda untjk bekerja sama dengan jajaran intelijen maupun jajaran TNI terkait sel-sel yg dianggap Densus tidak terlalu aktif. Sehingga, monitor bisa dilakukan oleh Satgas di kewilayahan.

"Ini dimonitor kembali oleh satgas anti teror tingkat polda bekerja sama dgn rekan rekan jajaran TNI yang juga kita harapkan bisa membentuk satgas atau tim khusus yang mem-back up itu," ucap Tito. (https://www.republika.co.id)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.