Pasang Iklan Berbayar Disini

Pasang Iklan Berbayar Disini

Jagoan di Last Minutes, Bisakah PDIP Munculkan 'Jokowi Baru' di DKI 2017?

Baturaja Radio - PDIP adalah satu-satunya partai yang bisa mengusung calon gubernur DKI 2017 tanpa harus berkoalisi dengan partai lain. Namun sampai sekarang, PDIP belum juga memunculkan nama tokoh yang bakal diusungnya.

PDIP memang tak tergesa-gesa, apalagi partai belambang banteng moncong putih ini punya pengalaman dalam bermanuver di menit-menit terakhir (last minutes) batas penentuan calon gubernur. Sebut saja pengalaman memunculkan Joko Widodo (Jokowi) di Pilgub DKI 2012. Malah saat itu, pasangan Jokowi-Ahok bisa memenangi kontestasi.

Dengan rekam jejak jagoan di last minutes jelang pendaftaran calon kepala daerah, apakah PDIP juga akan memunculkan 'Jokowi versi baru' untuk konteks Pilgub DKI 2017? Apa PDIP punya tokoh sekaliber Jokowi untuk diusung menyaingi petahana Ahok (Basuki Tjahaja Purnama)?

"PDIP punya banyak stok. Ada yang 'pedas, manis, sampai asin', ada semua," ujar Ketua DPP Bidang Pemenangan Pemilu PDIP Bambang DH saat berbincang dengan detikcom, Senin (25/4/2016).

Berkilas balik ke belakang, Bambang DH menceritakan situasi politik di Jakarta jelang Pilgub DKI 2012. Saat itu sang Petahana Gubernur DKI Fauzi Bowo (Foke) memiliki elektabilitas yang tinggi. Namun PDIP tetap tenang tanpa tergesa-gesa menentukan calon.

"Dulu itu Pak Foke tinggi elektabilitasnya," kata PDIP.

Bahkan hampir-hampir saja PDIP juga ikut mengusung Foke, namun tak jadi dilakukan. Daripada tergopoh-gopoh, PDIP memilih mensolidkan mesin partai.

Saat awal tahun 2012, survei tentang Pilgub DKI menunjukkan elektabilitas Jokowi hanya 3,2 persen dan elektabilitas Foke masih lebih dari 45 persen. Namun elektabilitas Jokowi melejit naik, PDIP-pun mendeteksi.

"Tren kenaikan Jokowi kala itu terbaca sejak awal," kata Bambang.

Saat itu, beberapa nama digadang-gadang bakal dicalonkan PDIP ke Pilgub DKI 2012. Hampir saja PDIP mengusung Foke lagi, namun tak jadi. Penentuan signifikan berlangsung saat sejumlah calon diundang uji kepatutan dan kelayakan oleh PDIP, nama-nama yang diundang antara lain Boy Sadikin, Nono Sampono, Bambang DH sendiri, dan Jokowi. Namun yang datang proses itu hanyalah dua, yakni Jokowi dan Nono.

"Hasilnya diputuskan Pak Jokowi. Intinya, waktu itu penentuannya mepet waktu," kata Bambang.

Singkat cerita, akhirnya PDIP mengusung Jokowi sebagai cagub, dan cawagubnya adalah Ahok. Akhirnya terbukti, pasangan ini bposisa mengalahkan petahana.

"Dalam pengalaman bertempur kami, popularitas inkumben bukan jaminan untuk tak bisa dikalahkan. Kita punya pengalaman itu!" kata Bambang.

Menarik kesimpulan, Bambang mengatakan kedigdayaan petahana bisa bergoyang karena adanya rasa tidak percaya dari masyarakat. Bukan hanya di Pilgub DKI 2012 saja buktinya, tapi juga di berbagai Pilkada 2015 kemarin juga dinilai menunjukkan hal serupa.

"Ketika terjadi 'distrust', kemungkinan menggoyang petahana ini sangat-sangat tinggi. Terbukti inkumben bisa kita kalahkan," kata Bambang.

PDIP juga merasa tak akan terlambat bila mencalonkan gubernur DKI 2017 pada waktu-waktu terakhir jelang pendaftaran nanti. Soalnya, dinamika Jakarta dinilai PDIP sangat tinggi. Apakah juga akan mengusung tokoh yang sama seperti Jokowi pada Pilgub DKI 2017?

"Mungkin Jakarta waktu itu (2012) butuh pemimpin yang low profile, humble (rendah hati), seperti Pak Jokowi. Tapi pada 2017 belum tentu seperti itu nanti. Maka kita tidak ingin prematur. Jangan-jangan keingninan masyarakat sudah berubah, dan perubahan itu bisa sangat cepat," kata Bambang.

Bambang menyatakan sesungguhnya banyak 'Jokowi-jokowi' lain di luar Jakarta. Hanya saja, kepala daerah-kepala daerah potensial itu sering luput dari amatan publik Ibu Kota.

"Contoh, Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo, dia bagus sekali, program kerakyatannya jelas, masyarakat merasakan hasil kerjanya, punya visi, kepribadiannya juga bagus. Di Sumatera, Kalimantan, banyak juga kepala daerah yang bagus, namun luput dari perhatian publik," tutur Bambang.

Soal kepastian dan momentum pengumuman calon usungan PDIP, dia menilai formula 'lebih cepat lebih baik' tak selalu mujarab untuk konteks Pilgub. Kadang-kadang, masalah 'timing' ini perlu dirumuskan dengan jitu.

"Kalau terlalu prematur malah bisa digebuki pesaing. Timing harus ditentukan secara tepat, supaya lawan tidak punya kesempatan pasang kuda-kuda," tandasnya.(http://news.detik.com)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.