Warga Harus Hemat Air dan Uang
Baturaja Radio - Masyarakat Kabupaten OKU Timur dihimbau untuk bisa menghemat penggunaan air dan pengeluaran ekonomi selama musim kemarau berlangsung. Hal itu disebabkan karena musim kemarau diprediksi akan berlangsung hingga akhir Oktober mendatang.
“Masyarakat jangan panik dengan kondisi saat ini. Kekeringan dan kekurangan air ada dimana-mana. Salah satu cara mensiasatinya adalah dengan menghemat penggunaan air dan pengeluaran. Efisiensi dalam penggunaan air sangat dibutuhkan agar semuanya tetap terkendali hingga musim kemarau berakhir,” ungkap Kabag Ekonomi Setda OKU Timur Suyanto Jumat (9/10/2015).
Selain menghimbau dalam efisiensi pemanfaatan air, masyarakat juga dihimbau untuk tidak boros dalam pengeluaran keuangan dan lebih mengutamakan kebutuhan pokok serta mengesampingkan kebutuhan tambahan.
“Musim kemarau ini berdampak pada perputaran perekonomian yang cukup sulit. Kemarau juga berdampak pada datangnya musim paceklik, terutama bagi petani baik petani persawahan maupun perkebunan,” katanya.
Petani lahan sawah mengalami kesulitan dalam penggarapan lahan. Sedangkan petani perkebunan kesulitan karena selain harga karet rendah juga getah karet yang mengalami penurunan drastis karena kekurangan serapan air.
Sementara Nanang, petani karet di Desa Kotabaru mengatakan, selama musim kemarau hasil getah karet mengalami penurunan hingga 70 persen. Selain itu harga yang tidak tetap juga membuat petani merasa enggan untuk melakukan penyadapan karet. (tribunnews.com)
“Masyarakat jangan panik dengan kondisi saat ini. Kekeringan dan kekurangan air ada dimana-mana. Salah satu cara mensiasatinya adalah dengan menghemat penggunaan air dan pengeluaran. Efisiensi dalam penggunaan air sangat dibutuhkan agar semuanya tetap terkendali hingga musim kemarau berakhir,” ungkap Kabag Ekonomi Setda OKU Timur Suyanto Jumat (9/10/2015).
Selain menghimbau dalam efisiensi pemanfaatan air, masyarakat juga dihimbau untuk tidak boros dalam pengeluaran keuangan dan lebih mengutamakan kebutuhan pokok serta mengesampingkan kebutuhan tambahan.
“Musim kemarau ini berdampak pada perputaran perekonomian yang cukup sulit. Kemarau juga berdampak pada datangnya musim paceklik, terutama bagi petani baik petani persawahan maupun perkebunan,” katanya.
Petani lahan sawah mengalami kesulitan dalam penggarapan lahan. Sedangkan petani perkebunan kesulitan karena selain harga karet rendah juga getah karet yang mengalami penurunan drastis karena kekurangan serapan air.
Sementara Nanang, petani karet di Desa Kotabaru mengatakan, selama musim kemarau hasil getah karet mengalami penurunan hingga 70 persen. Selain itu harga yang tidak tetap juga membuat petani merasa enggan untuk melakukan penyadapan karet. (tribunnews.com)

Tidak ada komentar