Pasang Iklan Berbayar Disini

Pasang Iklan Berbayar Disini

Sawah Petani Gagal Panen di Indramayu Capai 5.666 Hektare

Kementan berupaya meminimalisir kondisi puso pada areal persawahanbaturajaradio.com -Gagal panen (puso) yang melanda areal tanaman padi di Kabupaten Indramayu, terus bertambah.

Banyaknya pintu air yang rusak turut menambah parahnya kondisi kekeringan akibat musim kemarau ekstrem seperti sekarang. 

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu, Takmid, menyebutkan, berdasarkan data per 24 Juli 2019, luas areal tanaman padi yang mengalami kekeringan di Kabupaten Indramayu mencapai 15.504 hektare.

Areal yang kekeringan itu terdiri dari kategori kekeringan berat 4.218 hektare, kekeringan sedang 2.436 hektare, dan kekeringan ringan 3.184 hektare. ‘’Sedangkan sisanya yang mencapai 5.666 hektare, mengalami puso,’’ ujar Takmid, kepada Republika,co.id, Rabu (24/7) sore. 

Selain tanaman yang sudah mengalami kekeringan seluas 15.504 hektare, saat ini lahan seluas 6.935 hektare juga terancam kekeringan. Jika tidak segera mendapat pasokan air yang cukup, maka luas tanaman yang kini terancam juga akan turut mengalami kekeringan. 

Kondisi tanaman padi yang mengalami gagal panen saat ini menunjukkan semakin parahnya tingkat kekeringan. Pasalnya, berdasarkan data dari Dinas Pertanian setempat per 17 Juli 2019, tanaman padi yang puso baru mencapai 2.100 hektare. Sedangkan lahan yang mengalami kekeringan berat, sedang dan ringan ada sekitar 12 ribu hektare. 

Takmid mengatakan, selain kondisi musim kemarau yang ekstrem, kekeringan pada lahan pertanian di Kabupaten Indramayu juga diperparah dengan banyaknya pintu air irigasi yang rusak. Akibatnya, air tidak bisa sampai hingga ke ujung layanan irigasi. 

Kerusakan itu di antaranya terjadi pada BKHR 4A di pintu air Desa Wanguk, Kecamatan Anjatan, Kabupaten Indramayu, beberapa waktu yang lalu. Proses perbaikan di pintu itu memakan waktu selama tiga pekan. 

Akibatnya, pasokan air untuk sejumlah kecamatan juga terhenti selama tiga minggu. Di antaranya Kecamatan Gabuswetan, Kandanghaur, dan Bongas. 

Meski kini sudah diperbaiki, namun dari tiga buah pintu air, hanya dua pintu yang bisa digunakan. Sedangkan satu pintu lainnya belum bisa digunakan karena masih dalam tahap perbaikan.

‘’(Pintu yang digunakan) itupun debit airnya sangat terbatas, hanya dua sampai empat kubik sehingga air tidak sampai ke daerah-daerah yang ada di ujung,’’ kata Takmid. (https://nasional.republika.co.id)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.