Pasang Iklan Berbayar Disini

Pasang Iklan Berbayar Disini

Ekonomi Dunia Sulit Tumbuh, Menkeu: Polanya Sudah Berbeda

Baturaja Radio - Kondisi perekonomian global yang tengah melemah saat ini menjadi tantangan bagi banyak negara, termasuk Indonesia.

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, lembaga dunia International Monetary Fund (IMF) baru saja merevisi kembali ke bawah pertumbuhan ekonomi global. Meskipun hanya direvisi 0,1%, tapi tendensi bahwa revisi ke bawah ini terjadi sudah berulang-ulang secara berturut-turut.

"Ini menegaskan kondisi ekonomi global ini jauh dari cerah atau kondisinya sedang gloomy atau suram. Ini terjadi di hampir semua negara di dunia yang ekonominya tergolong besar di dunia," ujarnya saat memberikan sambutan pada acara Sosialisasi Amnesti Pajak di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Selasa (26/7/2016).

Ia mengungkapkan, pola besarnya jarak antara fluktuasi/naik-turunnya harga saham pada saat ini berbeda dengan pola volatilitas pada masa lalu. Pola krisis keuangan global yang biasanya terjadi pada periode 5 hingga 10 tahun sekali saat ini tidak bisa diprediksi.

"Kalau kita bicara dulu mengenai krisis keuangan, apakah global atau regional, kita melihat ini even yang mungkin kejadiannya 10 tahun sekali, 5 tahun sekali. Dan kalau pun ada ancaman sudah diketahui jauh sebelumnya. Itu pola sektor keuangan masa lalu. Dalam kondisi hari ini, ini menjadi faktor yang makin sukar untuk ditebak," tandasnya.

"Sekarang ini lebih volatile dibandingkan yang dirasakan krisis 1990 dan 2000-an. Ini terjadi setelah global financial crisis 2008. Di sini bisa kita lihat, global financial crisis. Itu yang membuat kondisi sistem perekonomian dunia menjadi totally different," tambahnya.

Pertumbuhan ekonomi global yang saat ini masih rendah, menurut Bambang, menjadi pertanda bahwa ekonomi dunia semakin sulit mencari sumber pertumbuhan.

"Apalagi kalau kita lihat negara per negara, tidak ada satu pun negara yang bisa menghindari volatilitas. Ini juga peringatan buat kita semua bahwa ekonomi Indonesia akan senantiasa berhadapan dengan volatilitas global," pungkasnya. (detik.com)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.